Rasa-rasanya jika ada yang masih punya
Blackberry di tahun 2018 ini agak lucu dan tervonis jadul, dan aneh mungkin
rasanya. Padahal Blacberry tidak begitu tertinggal amat, menurutku begitu (hehe).
Semenjak makin maraknya Iklan yang berdar di BlackBerry kala itu, tahun 2016
sudah mulai banya pengguna yang pelan-pelan meninggalkannya begitu saja menuju
Aplikasi yang semakin Populer saat ini yaitu Whatsapp. Lalu apa yang salah
sebenarnya?
Dari segi teknologi, Kita berada dalam
situasi yang mempunyai banyak pilihan, sebagai pengguna yang aktif kita hanya
bisa merasakan tingkat kenyamanan mana yang kita senangi, tanpa kadang tidak
ingin tahu bagaimana itu bisa terjadi. dan Produsen ataupun Startup yang ada
saat ini harus bisa membaca bagaimana kepentingan banyak orang di ganggu dengan
factor lain yang ada dalam Platform yang telah dibuat. Misalnya begitu banyak
iklan yang menganggu kenyamanan pengguna, dan lain sebagainya. Ini yang sangat
mempengaruhi kenyamanan saja sebenarnya. Nah, inilah yang terjadi pada BlackBerry
saat itu, saat memang pernah Perangkat dan Aplikasi Menyatu dalam jiwanya. BlackBerry
pernah menjadi perangkat pilihan perusahaan-perusahaan, hingga pemerintah
sekalipun, untuk berkomunikasi pastinya.
Sementara
kesalahan-kesalahan lainnya yang membuat BlackBerry semakin teruruk ternyata
yaitu :
1. BlackBerry 10
(versi Terbaru saat itu ) kurang didukung pengembang aplikasi ternama,
seperti Instagram, Path, dan Google Maps. Untuk masalah ini, BlackBerry membuat
janji pada saat peluncuran untuk meningkatkan aplikasi, tetapi 7 bulan
sesudahnya, BlackBerry World masih tampak "sepi dan hambar".
2. PlayBook Salah satu
kesalahan terbesar BlackBerry adalah bergabung ke pasaran tablet. Pada saat
peluncurannya, perangkat ini memiliki spesifikasi hardware yang menawan dan
sistem operasi yang bagus. Sayangnya, produk ini memiliki banderol harga yang
terlalu tinggi dan bahkan tidak dilengkapi fitur e-mail. Perangkat ini pun
akhirnya gagal total. Segala cara sudah dilakukan oleh BlackBerry untuk
menyelamatkan perangkat ini, seperti potongan harga besar-besaran. Sayangnya,
strategi ini juga gagal. BlackBerry sendiri sudah menjanjikan adanya update
BlackBerry 10. Namun, spesifikasi hardware yang tidak terlalu tinggi membuat
BlackBerry membatalkan niat tersebut.
3. Hardware Hingga
saat ini, BlackBerry sudah merilis 3 perangkat berbasis OS tersebut. Ketiganya
adalah Z10, Q10, dan Q5. Dua dari perangkat ini dilengkapi keyboard QWERTY,
sedangkan sisanya dilengkapi layar sentuh penuh. Meskipun ketiganya tampak
menjanjikan, perangkat-perangkat ini masih belum terlalu laku di pasaran.
Penjualannya tidak terlalu baik, bahkan kalah dari produk Nokia Lumia yang
berbasiskan Windows Phone 8.
4. BlackBerry 10 yang
tertunda Sistem operasi beserta perangkat yang mendukungnya sudah lama
direncanakan. BlackBerry pun terlihat sangat antusias dengan keduanya. Tapi
Sayangnya, platform ini mengalami berkali-kali penundaan waktu rilis selama
berbulan-bulan, sebelum akhirnya benar-benar diluncurkan pada awal tahun 2013.
Dalam masa tersebut, BlackBerry memecat ribuan orang dan meminta para
penggemarnya untuk terus bersabar. Sayangnya, tidak semua orang bisa bersabar
dan tidak heran banyak yang berpindah ke platform lain.
Flatform yang lain itu
tidak lain adalah Whatsapp Messenger bung, kehadiranya memang beda tipis dengan
BlackBerry, tapi terkait perkembangan dan fitur yang selalu saja memanjakan
tidak mengurangi minat untuk tetap menggunakan aplikasi ini.
Dari tahun ke tahun pembaharuan terus
bergulir (ah kayak piala saja pake gulir ya) setiap bulannya. Aplikasi besutan
dari dua orang cerdas Brian Acton dan Jan Koum ini belum begitu digemari di tahun
awal peluncurannya. Dua orang ini pernah bekerja perusahaan raksasa online Yahoo selama
kurang lebih 20 tahun, dan kemudian mendirikan Whatsapp pada tahun 2009.
Jika kita boleh tarik ulur sejarah
Pendirian Whatsapp, kita sadar betul bahwa setiap yang akan baru akan tercipta
akan memunyai banyak rintangan dan masalah yang datang. Namun kita tidak akan
mengulas masalah tapi lebih kepada sejarah perkembangannya yang konsisten saja.
WhatsApp berfokus pada Messenger untuk smartphone dengan dasar yang
dibilang mirip BlackBerry Messenger tidak juga, karena memang ide dan perkembangannyapun berbeda. Meskipun memang benar WhatsApp dan BlackBerry
sama-sama menggadang aplikasi pesan
lintas platform yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa
biaya SMS, karena WhatsApp Messenger menggunakan paket data internet yang
sama untuk email, browsing web, dan lain-lain.
Antara Koum dan
Acton dalam sejarah kerja samanya menciptakan perusahaan start up
teknologi bernama WhatsApp Inc yang berlokasi di Santa Clara, California ini
kabarnya hanya mempekerjakan sekitar 20 orang. Di mana sebagian besar di
antaranya adalah teknisi. Dan saat ini sangat familiar jika WhatsApp sudah menyediakan semua sistem operasi mobile yang masih eksis.
Dari iOS, Android, BlackBerry OS, BlackBery 10, Nokia Symbian, Nokia Series 40
dan juga Windows Phone.Data
terbaru pada bulan Agustus 2012 lalu, WhatsApp sudah mengirimkan 10 miliar
pesan per hari dari penggunanya di seluruh dunia. Padahal bulan April 2012,
'baru' 2 miliar pesan dikirimkan.WhatsApp
sejatinya tidak sepenuhnya gratis. Aplikasi WhatsApp di iPhone bisa digunakan
cuma-cuma selama setahun, kemudian diwajibkan membayar. Demikian juga di
platform lainnya. Tidak
ingin merasa tertinggal, aplikasi inipun merilis update terbaru secara
Realtime, mengoptimalkan kebutuhan pasar saat ini, dan menyesuaikan Lifestyle
zaman Now.
Aplikasi ini hadir sebagai salah satu
aplikasi yang sangat mudah dan familiar digunakan. Baik tua maupun muda, bahkan
anak-anak sudah biasa menggunakan aplikasi ini. bahkan hampir dari segala sisi
whatsapp sudah banyak juga digunakan dalam jenis flatform.
Tidak hanya itu, seperti yang kita tahu
Whatsapp sekarang sudah menjalin hubungan dengan Facebook. Factor yang cukup
kuat karena Flatform dalam Facebook, Facebook Messenger ternyata berjalan tak seperti yang
pihak Facebook harapkan, terutama dalam hal jumlah pengguna. Berbeda dengan
WhatsApp, layanan mobile messaging populer ini telah memiliki 450 juta pengguna
di seluruh dunia, dan terdapat satu juta pengguna baru tiap harinya. Facebook
dinilai terlambat dalam terjun ke layanan mobile messaging. Perusahaan tersebut
baru meluncurkan messaging setelah membeli Beluga pada tahun 2011.
Di saat itu, grup messaging sudah lebih populer dibanding layanan SMS. Sementara WhatsApp yang diluncurkan tahun 2009 memiliki tujuan untuk menghadirkan layanan chat yang cepat, sederhana, dan bersih dari iklan sehingga banyak yang mengadopsinya. Layanan WhatsApp sangat populer di luar Amerika, seperti di negara-negara Eropa dan India, termasuk Indonesia tentunya. Pada awal tahun 2014, WhatsApp mengklaim telah memproses 50 miliar pesan dalam satu hari. Jumlah tersebut dipecah menjadi 36 miliar pesan terkirim (outbound) dan 18 miliar pesan masuk (inbound). Karena itu, untuk mempercepat adopsi layanan messaging ke cakupan yang lebih luas lagi, Facebook membeli WhatsApp. Alasan lagi, menurut beberapa analis, Facebook perlu melengkapi basis data pengguna jejaring sosialnya. Hampir semua informasi sudah "diumbar" oleh ratusan juta pengguna Facebook tetapi ada satu jenis yang jarang dikeluarkan, yaitu nomor telepon. Nah, dengan membeli WhatsApp yang tentu saja menyimpan 450 juta nomor telepon penggunanya, Facebook dapat mensinkronisasikan dengan basis data yang sudah dimilikinya. Nilai akuisisi WhatsApp oleh Facebook tersebut bisa dibilang sangat fantastis, 19 miliar dollar AS (sekitar Rp 223 triliun). Nilai ini termasuk 3 miliar dollar AS dalam bentuk saham yang diberikan kepada pendiri dan karyawan WhatsApp dalam jangka empat tahun. Selain itu, CEO dan co-founder WhatsApp juga akan bergabung sebagai dewan direksi di Facebook. Menurut Facebook, akuisisi terhadap WhatsApp tersebut dapat membantu jejaring sosial tersebut menyebarkan kemampuan konektivitas ke seluruh penggunanya dengan lebih cepat.
Di saat itu, grup messaging sudah lebih populer dibanding layanan SMS. Sementara WhatsApp yang diluncurkan tahun 2009 memiliki tujuan untuk menghadirkan layanan chat yang cepat, sederhana, dan bersih dari iklan sehingga banyak yang mengadopsinya. Layanan WhatsApp sangat populer di luar Amerika, seperti di negara-negara Eropa dan India, termasuk Indonesia tentunya. Pada awal tahun 2014, WhatsApp mengklaim telah memproses 50 miliar pesan dalam satu hari. Jumlah tersebut dipecah menjadi 36 miliar pesan terkirim (outbound) dan 18 miliar pesan masuk (inbound). Karena itu, untuk mempercepat adopsi layanan messaging ke cakupan yang lebih luas lagi, Facebook membeli WhatsApp. Alasan lagi, menurut beberapa analis, Facebook perlu melengkapi basis data pengguna jejaring sosialnya. Hampir semua informasi sudah "diumbar" oleh ratusan juta pengguna Facebook tetapi ada satu jenis yang jarang dikeluarkan, yaitu nomor telepon. Nah, dengan membeli WhatsApp yang tentu saja menyimpan 450 juta nomor telepon penggunanya, Facebook dapat mensinkronisasikan dengan basis data yang sudah dimilikinya. Nilai akuisisi WhatsApp oleh Facebook tersebut bisa dibilang sangat fantastis, 19 miliar dollar AS (sekitar Rp 223 triliun). Nilai ini termasuk 3 miliar dollar AS dalam bentuk saham yang diberikan kepada pendiri dan karyawan WhatsApp dalam jangka empat tahun. Selain itu, CEO dan co-founder WhatsApp juga akan bergabung sebagai dewan direksi di Facebook. Menurut Facebook, akuisisi terhadap WhatsApp tersebut dapat membantu jejaring sosial tersebut menyebarkan kemampuan konektivitas ke seluruh penggunanya dengan lebih cepat.
Jadi itulah Perkembangan terkini ketika perusahaan besar yang dulunya berjuag membaca perkembangan zaman.
Sumber :
[URL="http://inet.detik..com/read/2013/05/29/112805/2258887/398/0/kisah-kelahiran-line-kakao-talk-wechat-dan-whatsapp"]sumber[/URL]
WhatsApp", https://tekno.kompas.com/read/2014/02/20/0905497/Ini.Alasan.Facebook.Beli.WhatsApp.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar