Wednesday 11 October 2017

Bingung, Jangan merenung


Jujur, aku ingin melihat hatiku sendiri. Seberapa kebingungankah ia
hingga lupa cara berkomprosi tanpa basa basi, menutup diri sampai lawan jenis bingung memperlakukan ia dengan pura-pura sibuk sendiri.
jujur, aku ingin bertanya padanya untuk kesekian kali.
Bertanya seberapa pahitnya empedu yang ia telan tiap hari.
biasa berandai-andai tidak membuatku semakin pandai, hanya uraian diskusi tutorial
yang bahkan masih saja kuanggap sial.
sanggup tak sanggup mampu tak mampu, aku sudah kalah dengan hatiku.
kalah karena ia memang lebih maju dari otakku, kendali pikiran akan sia-sia jika hati masih
membawa banyak luka, padahal begitu lama.
Jujur, saat ini aku mengeluh dari rindu yang selalu ku asuh.
aku ingin rindu ini terbuang, tapi tetap saja ia membangkang, mungkin karena terlalu erat ia memegang.
tapi aku enggan bersamamu wahai rindu, karena kau hanya sebuah hasrat  yang penuh rasa cemburu,
mengukir kepiawaian tanpa tahu jarak yang cerita ujungnya membengkak dan berantakan.
istilah lain muncul diatas rindu, misal kasmaran berbentuk ambigu. ia seakan tertawa lepas
setelah tahu di pentingkan namun digulingkan dari belakang.


Jujur, aku suka jadwalku yang dulu. Malam yang tenteram tanpa ada bayangan yang kelam.
Tapi jujur, aku tetap bersyukur karena banyak belajar pada musim cinta yang gugur.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar

tantangan dan harapan